Orang sering berpikir dengan banyak uang mereka akan bahagia. Orang sering juga merasa, dengan menjadi kaya mereka akan bisa , sangat bisa, menikmati hidup. Orang sering berhayal dengan menjadi konglomerat, mereka akan menjadi donatur tetap di sana sini, menjadi penyandang dana kegiatan-kegiatan amal, bersedekah tak kira-kira, menaikkan haji orang rutin setiap tahun, membangun panti asuhan dan beratus-ratus mesjid. Itu hanya pikiran, itu hanya hayal, itu keinginan, itu cuma imajinasi.

Pada kenyataannya uang tak pernah menjadi jaminan kebahagiaan seseorang, begitu pula kekayaan. Harapan menjadi kaya, bahagia lalu membuka ladang amal bagi orang lain dengan tujuan berbagi rejeki itu hanya keinginan belaka.

Karena ternyata bahagia itu tak ada pada materi, kebaikan dan amal sholeh itu tak ada pada kekayaan. Bahkan orang miskin yang hidup serba pas-pasan atau bahkan kekuranganpun bisa merasa sangat bahagia dan orang-orang tanpa harta bisa mengasuh puluhan anak terlantar dan yatim piatu dengan ringan hati.

Semua keinginan tentang menjadi bahagia lewat harta dan menjadi begitu dermawan lewat harta tak harus menunggu kaya. Tak punya apa-apa saja sudah merasa tak bahagia, tak punya apa-apa saja sudah merasa tak kuat menderma, apa bedanya dengan kelak setelah memiliki semua ?

Toh begitu banyak contoh yang bisa kita temui tentang orang-orang bahagia tanpa uang, dan begitu banyak cerita tentang para dermawan miskin yang mengulurkan tangan untuk membantu sesama ? lantas dimana letak kunci semua keindahan hidup itu ? hati .

Hati yang bersih tak akan pernah banyak menuntut… hati yang iklas dan putih akan lebih banyak melakukan kebaikan daripada menumpuk keinginan-keinginan semu. Hati yang melihat akan lebih banyak tau harus melakukan apa lebih daripada sekedar berkeluh kesah. Hati yang diterangi kebahagiaan akan lebih bisa memaknai hakekat kehidupan dengan hal-hal yang lebih nyata maknanya .  Tak akan peduli pada ketidakmampuan , tak akan gusar atas ketidakberadaan, dan tak akan surut oleh kemiskinan.

Mulai saja sejak sekarang karena kekayaan yang sebenarnya itu telah kita miliki yaitu hati.  Sebuah aset kehidupan tak ternilai yang telah diletakkan pada tiap manusia sebagai modal kekayaan yang abadi dunia akhirat. . .